tag:blogger.com,1999:blog-8458825919265496332024-02-20T03:34:27.323-08:00Tentang Wali SongoAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/08092413781108386572noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-845882591926549633.post-40702057970689066582016-03-25T22:37:00.000-07:002016-04-07T03:06:12.667-07:00Sembilan Wali: Jejak Penyebaran Islam di Tanah JawaWali Songo atau lebih dikenal dengan sembilan wali tidak bisa di
pisahkan dari tumbuhnya agama Islam di bumi Indonesia. Peran wali ini
dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa sangatlah vital, yaitu
dengan mendirikan sejumlah pesantren di tanah Jawa yang ketika itu
mayoritas beragama Hindu di bawah kekuasaan Majapahit. Beberapa anggota
dewan wali yang berpusat di Glagahwangi atau di kenal dengan nama Demak
Bintara ini merupakan raja-raja dan adipati Majapahit, bahkan ada yang
masih kerabat Kerajaan Majapahit ketika itu sehingga penyebaran agama
Islam tidak begitu sukar.
<br />
Dalam menyebarkan Islam, para wali ini terkenal kejeniusan dan
kesantunan mereka dalam membawakan ajaran agama, mereka menggunakan
pendekatan akulturasi budaya sehingga tidak terjadi gejolak di
mana-mana, bahkan mendapat simpati dari raja terkahir Majapahit, yaitu
Brawijaya V, berbeda sekali dengan cara penyebaran agama saat ini oleh
orang-orang asing yang gemar sekali mengatakan bid’ah menurut versi
mereka. Budaya Jawa tidak mereka tumpas habis, melainkan mereka dekati
dengan penuh kesantunan dan toleransi. Bahkan salah satu sunan (sebutan
bagi perorangan wali) demi mempertahankan toleransi kepada pemeluk Hindu
(karena Sapi adalah hewan yang disucikan oleh umat Hindu kala itu),
tidak memakan daging sapi, dan menggantinya dengan kerbau, sehingga
sampai saat ini masih ada kuliner dari daerah di Jawa Tengah yaitu Soto
Kerbau dan Sate Kerbau.<br />
<span id="more-122"></span><br />
Berikut ini adalah nama-nama mereka:<br />
<br />
<b>1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik</b><br />
Beliau berdakwah di daerah Gresik, Jawa Timur, beliau masih keturunan
Nabi Muhammad SAW dari jalur Ali Zainal Abidin Al Husein bin Ali Bin
Abi Thalib. Beliau berasal dari Maghribi, Afrika Utara yang datang ke
nusantara pada tahun 1379 bersama dengan Raja Cermin. Sunan Gresik wafat
tahun 1419 Masehi atau 882 H.<br />
<br />
<b>2. Sunan Ampel </b><br />
Nama asli beliau adalah Raden Rahmat putra dari Raja Campa, beliau
adalah beristri Nyi Ageng Manila dari Tuban. Sunan Ampel mendirikan
sebuah pesantren yang sampai saat ini masih dapat ditemui jejaknya di
daerah Ampeldenta Surabaya.<br />
Beliau mempunyai 4 orang anak, yaitu: Maulana Makdum Ibrahim atau
Sunan Bonang, Syarifuddin (Sunan Drajad), Ageng Maloka, dan Dewi Sarah
yang diperistri Sunan Kalijaga.<br />
<br />
<b>3. Sunan Bonang</b><br />
Nama asli beliau adalah Maulana Makdum Ibrahim. Beliau mempunyai jasa
besar dalam mengislamkan daerah Gresik dengan lantunan sastra yaitu:
Tembang Macapat, menyempurnakan instrumen gamelan dan bonang (karena
itulah beliau digelari Sunan Bonang) kenong dan kempul.<br />
Sunan Bonang merupakan sesepuh para wali songo, ketika terjadi
penobatan Sultan pertama Kesultanan Demak Bintoro, beliaulah yang
ditunjuk melantik Raden Fatah untuk mempimpin umat Islam di tanah Jawa
disaksikan wali-wali lainnya.<br />
<br />
<b>4. Sunan Drajat </b><br />
Nama asli beliau adalah Raden Qasim. Beliau hidup tahun 1400 saka
atau tahun 1478 Masehi. Beliau dikenal fasih berorasi kepada
adipati-adipati Majapahit yang menindas rakyat kecil ketika terjadi
krisis ekonomi dan sosial yang menyebabkan rakyat menderita. Karya
beliau dalam bidang sastra adalah tembang pangkur.<br />
<br />
<b>5. Sunan Kalijaga </b><br />
Bernama asli Raden Said, putera Tumenggung Wilatikta. Ibunya bernama
Dewi Nawangrum dan beristri Dewi Sarah. Pada masa muda, Raden Said
terkenal sebagai brandal Lokajaya karena gemar merampok para saudagar
yang zalim serta antek-antek Majapahit yang menindas rakyat jelata.
Sunan Bonanglah yang menginsyafkan Raden Said, dan atas suruhan untuk
menjaga kali, maka beliau dijuluki Sunan Kalijaga.<br />
Karya beliau diantaranya:<br />
1. Tiang masjid Demak yang terbuat dari tatal.<br />
2. Gamelan Nagawilaga<br />
3. Gamelan Guntur Madu<br />
4. Gamelan Nyai Sekati<br />
5. Gamelan Kyai Sekati<br />
6. Wayang Kulit, dan yang terkenal adalah perihal Jamus/Layang Kalimusada yang aslinya adalah kalimat syahadat.<br />
7. Baju takwa<br />
8. Tembang Dhandhanggula<br />
9. Kain balik<br />
10. Syair dan tembang pesantren seperti <i>lir-ilir</i><br />
<br />
<b>6. Sunan Giri</b><br />
Nama asli beliau adalah Raden Paku, ayah beliau adalah Maulana Ishak
dari Pasai yang memperistrikan Sekardadhu puteri adipati Blambangan.
Dalam berdakwa beliau menggunakan pendekatan budaya yaitu:<br />
1. Permainan jetungan<br />
2. Jamuran<br />
3. Gula ganti<br />
4. Cublak-cublak suweng<br />
5. Tembang Asmarandana<br />
6. Tembang Pocung<br />
<br />
<b>7. Sunan Kudus</b><br />
Nama asli beliau adalah Ja’far Shadiq, ayah beliau adalah Raden Usman
Haji yang bergelar Sunan Ngudung di jipang Panolan, Blora. Beliau masih
berketurnan dengan Nabi Muhammad SAW dari Husain bin Ali. Tembang Mas
Kumambang dan Tembang Mijil merupakan karya beliau. Sunan Kudus terkenal
dengan toleransinya, beliau tahu bahwa sapi adalah binatang yang
disucikan kala itu oleh umat Hindu, sehingga beliau tidak menjadikan
sapi sebagai makanan konsumsi dan menggantikannya dengan kerbau,
sehingga jejak beliau dalam bidang makanan masih tercium hingga saat ini
yaitu cikal bakal Soto Kerbau dan Sate Kerbau di Kudus, Jawa Tengah.<br />
<br />
<b>8. Sunan Muria</b><br />
Sunan Muria adalah putera Sunan Kalijaga, nama kecil beliau adalah
Raden Umar Said. Disebut Sunan Muria karena beliau berdakwah di Gunung
Muria, Jawa Tengah. Tembang sinom dan tembang kinanthi adalah karya
beliau.<br />
<br />
<b>9. Sunan Gunung Jati</b><br />
Nama asli beliau adalah Syarif Hidayatullah, beliau masih keturunan
Nabi Muhammad SAW. Masa kecil hingga dewasa beliau habiskan di Mesir
bersama ibunya yang masih bertalian darah dengan Kerajaan Siliwangi.
Salah satu riwayat beliau yang sudah dikenal keabsahannya adalah perihal
pernikahan beliau dengan putri Cina yaitu Ong Tien, yang berputra Arya
Kemuning. Adalah salah kaprah kalau mengatakan Sunan Gunung Jati adalah
Fatahilah atau Falatehan, karena di makam Sunan Gunung Jati di Cirebon,
makam Sunan Gunung Jati dan Fatahilah itu berbeda, di makam Fatahilah
secara eksplisit disebut sebagai Tubagus Pasai yang menandakan kelahiran
Fatahilah di Pasai.<br />
<br />
<b>Syaikh Siti Jenar/Lemah Abang</b><br />
Asal usul Siti Jenar masih misteri. Tetapi faktanya beliau memang
mengajarkan ajaran yang berbeda dengan 9 wali lainnya. Beliau
mengajarkan ilmu tasawuf yang saat itu sebenarnya belum saatnya untuk
diajarkan pada umat Islam awam. Beliau mengajarkan agar masyarakat
mendekatkan diri pada Allah karena pada hakikatnya diri mereka adalah
Allah itu sendiri, yang terkenal dengan <i>Wihdatul Wujud</i>. Dia
tidak mematuhi pemerintahan Raden Fatah, karena bagi beliau jika agama
dan pemerintahan maka yang terjadi hanyalah ambisi politik. Karena
ketidakpatuhan dan membuat huru-hara ajaran Islam di umat awam kepada
Raden Fatah itulah, para wali bersidang agar Siti Jenar dihukum mati
jika tidak bertaubat.<br />
Meskipun sudah di bujuk secara halus, agaknya Syaikh Siti Jenar tetap
bersikukuh dengan pendiriannya, maka Sunan Gunung Jatipun melucuti
senjata dan membimbing Siti Jenar menuju kealam baka melalui mokhsa yang
dia bicarakan sebelumnya.<br />
<br />
Wali Songo mengislamkan tanah Jawa dengan perdamaian dan toleransi,
dapat dikatakan Islam disebarkan dengan damai, bukan disebarkan dengan <i>bid’ah, </i>cara-cara
mereka yang santun dan simple sangat berbeda dengan para pendakwah yang
datang dikemudian hari dengan mengajarkan “perpecahan umat” dengan
mengutip dalil sana dan sini sehingga terjadi kekacauan di tengah
masyarakat, mereka yang dikategorikan ajaran Transnasional itulah
sejatinya yang harus diperangi ketika menjajakan kaki di Indonesia. Bagi
golongan tersebut, golongan mereka adalah golongan yang paling Islami,
sehingga mereka sangat gemar mendalih mengingatkan umat Islam dan
menganjurkan mengikuti jalan orang-orang terdahulu di abad ketujuh
masehi yang jalannya tentu tidak sama dengan jalan saat ini yang sudah
berkembang.<br />
<br />
sumber : https://mygoder.wordpress.com/2009/09/17/sembilan-wali-jejak-penyebaran-islam-di-tanah-jawa/ Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08092413781108386572noreply@blogger.com0